Renungan Peristiwa Isro dan Mi’roj

Reza Ahmad Luthfi (Wakil Ketua Yayasan CAI)

Bismillaahirrohmaanirrohiim..

Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Alloh SWT atas segala limpahkan nikmat, karunia serta rahmat-Nya.
Sholawat dan salam senantiasa kita curah limpahkan kepada baginda Rosululloh SAW, kepada keluarganya, para sahabat, tabiin wa itbaut tabiin dan mudah²an sampai kepada kita selaku ummatnya. Aaamiin.

Peristiwa Isro dan Mi’roj tentu tidak asing lagi bagi kita selaku Muslim. Setiap tahunnya kita memperingati dengan berbagai kegiatan pribadi dengan banyak membaca Al-Qur’an dan berdzikir maupun dengan kegiatan sosial bersama dengan seluruh lapisan masyarakat dalam rangka syiar Islam.

Kita sendiri mengetahui, peristiwa Isro dan Mi’roj merupakan peristiwa agung, satu diantara tanda kenabian Rosululloh SAW, dan tanda kebesaran, ke-Maha Agung-an Alloh SWT yang tercatat dalam Al-Qur’an surat Al Isro ayat 1 :
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Dan seperti yang kita ketahui pula, peristiwa Isro dan Mi’roj terjadi pada bulan Rojab, satu diantara 4 (empat) bulan dalam 12 (dua belas) bulan Hijriyah yang Alloh tetapkan sebagai bulan Haram (arba’atun hurum) dengan bulan Muharram, Dzulqodah, dan Dzulhijjah. Bulan Haram mengandung makna disucikan dan dalam ayat Al-Qur’an yang menerangkan hal tersebut (Surat At Taubah : 36) terdapat kalimah “falaa tadzlimuu fihinna anfusakum” yang berarti “janganlah engkau men-dzolimi diri sendiri”. Makna men-dzolimi diri sendiri dalam Kitab Tafsir Jalalain ialah dengan melaksanakan maksiat. Karena sesungguhnya perbuatan maksiat pada bulan-bulan tersebut dosanya sangat besar.

Kemudian dalam peristiwa Isro dan Mi’roj, kita sebagai mu’min yang pertama tentunya menyikapi dengan keimanan yang sangat dalam, keyakinan yang kuat akan kebesaran Alloh SWT. terhadap peristiwa tersebut dan peristiwa-peristiwa lainnya yang merupakan bagian dari “aayaati min aayaatillaah” (tanda-tanda kebesaran Alloh) yang patut kita imani, syukuri, bertadabbur dan bertafakkur sebagai penambah ketaqwaan kepada-Nya.

Namun yang paling esensial dalam peristiwa Isro dan Mi’roj yang sama-sama kita ketahui ialah ada perintah melaksanakan sholat.
Sholat adalah salahsatu rukun dalam agama kita, bagian dalam rukun Islam. Sholat pula tiang / penopang agama sebagaimana sabda Rosululloh SAW :
“Sholat adalah tiang agama, barang siapa mendirikannya, maka sungguh ia telah menegakkan agama (Islam) itu dan barang siapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu.” (H.R Imam Al Baihaqi).
Dan kita pun mengetahui serta menyadari sholat adalah bagian terpenting dalam diri kita karena sebagai mu’min kita meyakini adanya akhirat dan yang menjadi perhitungan amal kita nantinya yang pertama adalah sholat.
Hadits dari riwayat Anas RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Yang pertama kali akan dihisab dari seseorang pada hari kiamat adalah sholat. Jika sholatnya baik, akan baik pula seluruh amalnya. Jika sholatnya rusak akan rusak pula seluruh amal perbuatannya.”
Sholat pun menjadi media bagi kita untuk senantiasa ingat kepada Sang Khaliq.
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Surat Thaha : 14)

Semakin kita mengingat Alloh SWT, maka Alloh SWT senantiasa memperhatikan kita lebih dibanding makhluk-Nya yang lain.
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Surat Al Baqoroh : 152).

Oleh karena itu, mari kita jadikan momentum Isro dan Mi’roj di bulan Rojab ini sebagai sarana untuk taqorrub ilalloh (mendekatkan diri kepada Alloh) dengan tidak menganiaya diri sendiri yaitu tidak melakukan perbuatan maksiat ataupun perbuatan yang sia-sia, yang membuat waktu kita terbuang dengan percuma dan akhirnya tidak mendapat ridho Alloh SWT.
Sebaliknya menjadikan diri kita lebih produktif dalam berbagai urusan kebaikan terutama dalam ibadah sholat. Merapikan kembali sholat kita, ke-khusyu-an dalam sholat, dan keikhlasan dalam menjalankannya. Merapikan barisan / shaf kita, memakmurkan masjid-masjid Alloh, dan meramaikan rumah kita dengan sholat-sholat sunnat, tentunya sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As Sunnah.

Mudah-mudahan amal-amal tersebut diatas diantaranya menjadi wasilah akan datangnya kebaikan, kemudahan, kelancaran, kesehatan, dan tentunya ridho dan maghfiroh Alloh SWT. Menjadikan diri kita sebagai pribadi yang sholeh, bagian dari ummat Nabi Muhammad SAW, ditempatkan bersamanya ditempat yang dimulaikan oleh Alloh SWT kelak nantinya. Aamiiin.

Wallohu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *